Total Football adalah filosofi gaya bermain Barca. Filosofi ini memfokuskan permainan di sektor tengah dan menciptakan keseimbangan di seluruh lini, termasuk kiper. Filosofi ini dicetuskan oleh mendiang Johan Cruyff dan terbukti membuat Barca selalu unggul dalam penguasaan bola. Selain itu, gaya sepakbola yang juga disebut tiki-taka ini memfokuskan permainan dengan satu dua sentuhan bola pendek yang cukup cepat.
Namun musim 2016/17 ini adalah musim dimana Barca tidak tampil gemilang. Bahkan tim kesayangan saya ini sempat dibantai PSG dengan 4 gol tanpa balas pada laga 16 besar UCL. Tak hanya di Eropa, di liga domestik-pun Barca juga terpuruk. Madrid selalu selangkah lebih maju daripada Barca dilihat dari segi manapun. Untuk lebih lengkapnya, berikut ini adalah beberapa analisa saya mengapa performa Barca musim ini menurun:
1. Luis Enrique
Ya, ini adalah penyebab utama kenapa Barca tidak tampil gemilang, Mungkin beberapa cules akan membully saya karena Enrique sempat memberikan beberapa gelar pada Barca, salah satunya adalah gelar UCL di musim pertama melatihnya. Namun menurut pengamatan saya, Barca di bawah kepemimpinan Enrique semakin lama semakin kurang kreatif. Oke, di musim pertama memang Barca tampil impresif dengan gaya permainannya yang elegan, bahkan sempat menghajar Madrid 4 gol tanpa balas, tapi lihatlah musim selanjutnya. Tidak banyak berubah pada permainan Barca dan ini membuktikan bahwa Enrique miskin taktik. Gaya permainan Barca semakin mudah dibaca oleh tim lawan dan membuatnya semakin terpuruk. Beruntung Enrique menyatakan resign dari kepelatihan Barca di akhir musim.
2. MSN Dependencia
Ketergantungan pada MSN adalah faktor selanjutnya. MSN telah memberikan banyak sekali kontribusi pada Barca, bahkan Suarez sempat menjadi pencetak gol terbanyak kala itu. Namun seiring waktu berlalu, Barca justru malah semakin ketergantungan pada MSN, tidak ada pelapis yang bisa menjadi cover ketika mereka cedera. Berbeda jauh dengan Madrid yang mempunyai pemain lapis terbaik, Barca justru hanya selalu mengandalkan MSN dan hal ini perlu dibenahi.
3. Bartomeu
Cules yang tidak kenal Bartomeu dapat dipastikan bahwa dia adalah cules kemarin sore. Josep Maria Bartomeu menjabat presiden klub Barca sejak 2014. Sebelum menang vote pada tahun 2014, dia adalah wakil presiden klub sebelumnya, Sandro Rosell. Bartomeu adalah presiden yang hanya mengejar profit. Jika kalian penikmat Barca lawas seperti saya, Barca selalu punya tradisi untuk tidak menggunakan logo sponsor komersil di jersey-nya. Dan kalian tahu siapa orang yang "merusak" tradisi itu dengan ide konyolnya? Bartomeu-lah pelakunya. Selain itu di bawah kepemimpinan Bartomeu, La Masia tidak lagi menjadi sumber pemain baru di skuad first team milik Barca. Lah terus Sergi Roberto? Rafinha? Sandro Rosell-lah yang mempromosikan mereka, bukan Bartomeu.
4. Pemain-Pemain Baru yang Flop
Musim ini, Barca membeli banyak pemain baru dan kebanyakan masih muda. Namun yang membuat saya terkejut adalah pemain-pemain itu berharga murah, totalnya tidak sampai seratus juta euro. Mereka adalah Umtiti, Andre Gomes, Digne, Denis Suarez, serta Paco Alcacer. Dari pemain-pemain tersebut, Andre Gomes yang paling mahal, yakni seharga 55 juta euro. Bagaimana performa mereka? Sejauh ini saya melihat bahwa performa mereka tidak mentereng. Digne yang didatangkan dari PSG hanya menjadi pelapis Alba. Umtiti sering dimainkan namun performanya belum bisa dibilang menonjol. Denis Suarez yang "dipulangkan" dari Villareal juga jarang dimainkan. Sedangkan Paco Alcacer, pemain yang dibarter dengar Munir ini hanya menjadi "bayang-bayang" Luis Suarez. Hal ini disebabkan karena "pelitnya" Bartomeu yang tidak mau membeli pemain bintang dan hanya mengandalkan pemain-pemain medioker. Yang cukup baik hanya Andre Gomes walaupun skill-nya masih berada di bawah Iniesta dan Rakitic.
5. Busquets
Sesuai dengan filosofi Total Football yang memfokuskan pada lini tengah, tentunya Barca butuh pemain tengah kreatif yang mampu menjadi motor penggerak permainan. Lini tengah Barca terdiri dari dua attacking-midfielder dan satu defensive midfielder. 2 AM tersebut antara lain Rakitic dan Iniesta, sedangkan DM dipercayakan pada seorang Busquets. Sesuai dengan namanya, defensive midfielder bertugas untuk memotong bola yang menembus lini tengah dan mengantisipasi serangan balik. Apakah Busquets melakukan itu? Jawabannya adalah TIDAK! Sebagai DM, dia dituntut untuk menguasai dan melindungi sektor tengah dari invasi pemain lawan yang melakukan umpan trobosan ke striker. Justru yang paling aneh adalah ketika Busquet turut berpartisipasi dalam melakukan serangan dan membiarkan sektor tengah kosong. Selain itu ketika eksekusi bola mati dimana Pique selalu membantu Barca untuk finishing bola-bola atas, Busquets justru malah ikut maju ke depan, meninggalkan sektor tengah pada seorang defender seperti Mascherano atau Umtiti. Ke depannya, pelatih baru harus melihat kondisi ini agar Barca tidak lagi kedodoran ketika mendapatkan serangan balik dari lawan.
Demikianlah analisa saya terkait dengan turunnya performa Barca musim ini.
Semoga ke depannya Barca bisa berubah menjadi lebih baik dan bisa mendapatkan banyak gelar.
VISCA BARCA!